MATA
KULIAH
FILSAFAT
PENDIDIKAN
![logo unm jpg.jpg](file:///C:/Users/ASERAG~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
POKO
BAHASAN
HAKIKAT
FILSAFAT ILMU
Oleh :
Kelompok 1
Arman
Haeril
JURUSAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ENGERI MAKASSA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Tiada kata yang indah dan bermakna yang
patut penulis ucapkan kecuali rasa syukur Alhamdullilah kepada Tuhan yang maha
esa, karena hanya dengan curahan rahmat dan karunianya jualah sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Filsafat Pendidikan dengan pokok pembahasan” Hakikat Filsafat Ilmu” ini dalam waktu yang tepat.
Kemudian penulis ucapkan banyak terima
kasih kepada
kita semua yang menyempatkan
waktunya untuk memberikan masukan dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih
jauh dari kesempurnaan sehingga ada kemungkinan di sana
sini masih terdapat kekuranagn dan kesalahan baik dari segi bahasa, teknik
penulisan maupun materi penyajiannya. Karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan masukan, koreksi, kritik yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar,
04 November 2019
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu
sistem pengetahuan yang komprehensif dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan
yang berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan
pengetahuan manusia. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam
semesta dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari
pencarian kebenaran sejati.
Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya
pembinaan manusia yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap,
pengatahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan
ekologi lingkungan dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya
berintelektual tingggi, tetapi juga memilki akhlak mulia.
Hal-hal demikian menjadikan
seseorang untuk berfikir secara mendalam, merenung,
menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang
dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan terebut dengan tidak sadar
sudah melakukan kegiatan berfilsafat, maka dari itu ilmu lahir dari filsafat
atau dapat dikatakan filsafat merupakan induk dari sebuah ilmu, oleh karena itu
filsafat mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ilmu. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis,
terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai
ilmu. Filsafat merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkaji hal-hal
yang ingin dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode filsafat.
Berfilsafat
sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini menunjukan bahwa pada
hakekatya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah
kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukan bantuan apa yang
dapat diberikan filfasat kepada hidup masyarakat.
Selain filsafat, ilmu-ilmu
pengetahuan pada umumnya membantu
manusia dalam mengorientasikan diri dari dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu
pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, dan lain sebagainya secara hakiki
terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua
ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti
bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin mengkhususkan metode-metode
mereka.
Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut
tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai
keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu
terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan
manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar
tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab
saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar penetahuan kita,
tentang metode-metode ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani
ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat
mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Disinilah filsafat
memainkan peranannya.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa hakikat fislsafat ilmu?
2.
Pengertian filsafat ilmu?
3.
Seperti apa cakupan filsafat ilmu?
4.
Apa objek filsafat ilmu?
5.
Seperti apa metode filsafat ilmu?
6.
Apa tujuan filsafat ilmu?
C. Tujuan
1. Agar
dapat mengetahui hakikat filsafat ilmu?
2. Agar
dapat mengetahui pengertian filsafat?
3. Agar
dapat mengetahui cakupan filsafat ilmu?
4. Agar
dapat mengetahui objek filsafat ilmu?
5. Agar
dapat mengertahui metode filsafat ilmu?
6. Agar
dapat mengetahui tujuan?
D. Manfaat
1. Mahasiswa
dapat menambah pengetahuan tentang Filsafat
2. Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian, objek,
metode dan cakupan filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat filsafat ilmu
Filsafat adalah studi tentang
seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis, dan
dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami
dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Ilmu adalah
pengetahuan sistematis alamiah. Menurut para ahli ilmu adalah sebagai berikut:
M. Izuddin Tufiq Ilmu adalah
penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
Thomas Khaun Ilmu adalah
himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk
penolakan maupun pengembangannya.
Dr. Maurice
Bucaille Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam
jangka waktu yang lama maupun sebentar.
Filsafat ilmu
merupakan penerusan perkembangan filsafat pengetahuan. objek dari filsafat ilmu
yaitu pengetahuan, oleh karena itu setiap saat ilmu berubah mngikuti
perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mecari
pengetahuan yang baru. Sebagai manusia kita hendaknya sadar atas kemampuan otak
kita dalam memperdalam ilmu pengetahuan. dan manusia tidak akan pernah
menguasai pengetahuan di alam ini. Maka untuk mempermudah manusia dalam
mengkaji ilmu, ruang-ruang penjelajahan, keilmuan dibagi menjadi semakin sempit
sesuai dengan perkembangan disiplin dari suatu ilmu, namun kajiannya akan
semakin dalam.
Banyak
menyatakan bahwa filsafata merupakan induk dari segala ilmu . filsafata telah
mengantarkana kepada suatu fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga mkembentuk
suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana pohon ilmu npengetahuan telah
tumbuh dan berkembang secara subur sebagai fenomena kemanusiaan dan menjadikan
banyak cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian hakikat filsafat ilmu selain
sebagai patokan, penentu sekaligus petunjuk arah kemana ilmu pengetahuan akan
berlayar atau berjalan. Filsafat ilmu juga menentukan kemana ilmu pengetahuan
akan dianatar atau dikembangkan. Pada tataran berikutnya masing-masing cabang
ilmu pengetahuan melepaskan diri dari batang filsafatnya berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Perkembangan ilmu
pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan
berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan sub-sub ilmu pengetahuan baru kea
rah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialis ilmu tertentu. Ilmu
pengetahuan hakikatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terjaliin
berkelit kelindang dan taat asas konsisten dari ungkapan yang sifatnya benar
tidak dapat ditentukan dengan patokan serta tolak ukur yang mendasari
kebenaran.
B.
Pengertian Filsafat Ilmu
Kata
filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa yunani), diartikan dengan
‘mencintai kebijaksanaan’. Sedangkan dalam bahasa inggris kata filsafat disebut
dengan istilah ‘philosohy’, dan dalam bahasa arab disebut dengan istilah
‘falsafah’, yang biasa diterjemahkan dengan ‘cinta kearifan’.Istiah philoshofia
memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan shopos yang berarti
bijaksana. Jadi istilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal yang
bersifat bijaksana. Berdasarkan uraiandi atas dapat dipahami bahwa filsafat
berarti cinta Kebijaksanaan Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan
atau pecinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof.Sumber dari
filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat dan
berusaha keras dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya
memperoleh kebenaran.
Filsafat ilmu adalah telaah
kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik
ditinjau dari sudut ontologism, epistemology, maupun aksiologis yang dilakukan
melalui proses dialetika secara mendalam yang sistematis dan bersifat
spekulatif. Rosengerg (20030, mengatakan dalam filsafat ilmu dibagi dalam dua
pertanyaan uatama. Pertama, pertanyaan tentang ilmu : fisika, biologi, social,
danbudaya. Kedua, pertanyaan tentang mengapa ilmu itu sendiri. Dari uraian ini
ada dua buah konsep filsafat ilmu yang senantiasa dipertanyakan, yakni tentang
apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu itu disusun dan
dikembangkan? Pertanyaan inilah yang dijawab secara mendasar dalam filsafat
ilmu hingga menemukan suatu jawab yang lahir dari proses dialetika berpikir.
Pemikiran filsafat termasuk filsafat
ilmu berkembang sangat cepat, Solihin (2007) menguraikan proses filsafat
dimulai dari detimotologisasi menuju gerakan logosentrisme, empirisme.
Detimotologisasi ini disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme, empirisme
dan positivism yang dipelopori oleh pakar dan pemikir kontenporer yang akhirnya
mengatakan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada
pengetahuan ilmiah. Setelah adanya detemitologisasi oleh para pemikir ilmualam
(fisika) yang memosisikan pengetahuan ilmu alam.
Jujun (2010) mengatakan, berkaitan
dengan masalah ilmu tentu saja tidak daapt dipisahkan dengan pengetahuan,
pengetahuan merupakan khazahah kekayaan mental yang secara langsung tidak atau
tidak lansung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana
kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada. Sebab pengetahuan
merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
Lalu bagaimana kita menyusun pengetahuan yang benar? Masalah inilah yang dalam
kajian filsafat disebut epistemologi dan landasannya disebut metode ilmiah.
Epistemology juga disebut dengan filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang
mempelajari dan menetukan ruang lingkup pengetahuan. Epistemology berusaha
membahas bagaiaman ilmu didapatkan, bukan untuk apa atau mengenai apa.
Selanjutnya Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu,
tentu saja tidak cukup hanya dengan mengetahui asal usul dan arti istilah yang
digunakan, melainkan juga harus memperhatikan konsep dan devinisi yang
diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman meraka masing-masing dan konsep
beserta divinisi yang diberikan para filsuf tersebut bias dikatakan tidak sama.
Bahkan, setiap filsuf memiliki konsep dan membuat definisi yang berbeda dengan
filsuf lainnya.
Berikut
ini akan dipaparkan beberapa konsep dan definisi yang bisa memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang apakah filsafat itu.
Pythagoras
(572-497 SM).
Dalam tradisi filsafat zaman yunani kuno Pythagoras adalah orang yang
pertama-tama memperkenalkan istilah phylosophia, yang kemudian dikenal dengan
istilah filsafat.Pythagoras memberikan definisi filsafat sebagai the love of
wisdom.Menurutnya, manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta
kebijakan (lover of wisdom), sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah
kegiatan melakukan perenungan tentang Tuhan.Pythagoras sendiri menganggap
kebijakan yang sesungguhnya hanya dimiliki Tuhan semata-mata.
Socrates
(469-399 SM).Ia
adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada
zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan
diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan
yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life).
Plato
(427-347 SM).
Seorang sahabat dan murid Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan
(sophia) yang semula berkaitan dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menjadi
pemahaman intelektual. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli. Dalam Republika, Plato menegaskan bahwa para
filosof adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of the truth). Dalam
pencarian terhadap kebenaran tersebut, filosof yang dapat menemukan dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak pernah berubah.Dalam
konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau
perekaan terhadap keseluruhan kebenaran. Maka filsafat Plato kemudian dikenal
dengan nama Filsafat spekulatif.
Aristoteles
(384-332 SM).Aristoteles
adalah seorang murid Plato yang terkemuka.Dalam pandangannya, seringkali
Aristoteles bersebrangan dengan pendapat gurunya, namun pada prinsipnya,
Aristoteles mengembalikan paham-paham yang dikemukakan oleh gurunya tersebut.
Berkenaan dengan pengertian filsafat, Aristoteles mengemukakan bahwa sophia
(kearifan) merupakan kebajikan intelektual tertinggi. Sedangkan philosophia
merupakan padanan kata dari episteme dalam arti suatu kumpulan teratur
pengetahuan rasional mengenai sesuatu objek yang sesuai.Adapun pengertian
filsafat menurut Aristoteles, adalah ilmupengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetika.
Al-Kindi
(801-873 M).
ia adalah seorang filosof muslim pertama. Menurutnya filsafat adalah
pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia,
karena tujuan para filosif dalam berteori adalah mencari kebenaran, maka dalam
praktiknya pun harus menyesuaikan dengan kebenaran pula..
Al-Farabi
(870-890 M) menurutnya
filsafat adalah ilmu yang menyelididki hakikat yang sebenarnya dari segala yang
ada (al-maujuda).
C.
Cakupan
Filsafat ilmu
Filsafat
ilmu berkembang sangat pesat, seiring tumbuh dan berkembanganya beragama
keilmuan yang telah dilahirkan oleh para ilmuan. Berkembanganya filsafat ilmu
mengantarkan berbagai disiplin ilmu baru tentu saja semakin memperluas eilayah
kajian filsafat ilmu, baik yang menyangkut cakupan fisika mamupun metafisika.
The Liang Gie (2007)
mengemukakan cakupan filsafat ilmu dari para filsuf dunia, antara lain:
1. Peter Angeles
Menurut
Peter Angeles, filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi utama yaitu (1)
telaah mengenai berbagai konsep, pra-anggapan, dan metode ilmu, berikut
analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
ajeg dan cermat, (2) telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu
berikut struktur perlambangannya, (3) telaah mengenai keterkaitan antara
berbagai ilmu, (4) telaah mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang
berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, entitas,
teoretis, sumber, dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.
2. Cornelius Benyamin.
Menurut
Cornelius Benyamin yang menjadi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang
yaitu (1) telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dan
sistem perlambangan ilmiah, (2) penjelasan tentang konsep dasar, pra-anggapan,
dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan empiris, rasional, dan pragmatis
yang menjadi tempat tumpuannya, (3) aneka telaah mengenai saling keterkaitan
antara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu karier alam semesta, misalnya
idealisme, materialisme, monisme, atau pluralisme.
3. Marx War Tofsiy
Menurut
Marx War Tofsiy, filsafat ilmu meliputi: (1) perenungan mengenai konsep dasar,
struktur formal, dan metodologi ilmu, (2) persoalan ontologi dan epistemologi
yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan
analitis dari logika modern dan model konseptual dari penyelidikan ilmiah.
4. Ernest Nagel
Ernest
Nagel mengemukakan hasil penyelidikannya yang menyimpulkan bahwa filsafat ilmu
mencakup tiga bidang luas: (1) pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan
dalam ilmu, (2) pembuktian konsep ilmiah, (3) pembuktian keabsahan kesimpulan
ilmiah.
D.
Objek
filsafat ilmu
1. Objek Materil
Adapun
mengenai objek formal filsafat, adalah bersifat non-fragmentaris, karena
filsafat mencari pengertian realita secara luas dan mendalam. Sebagai
konsekuensi pemikiran ini, maka okjek formal filsafat adalah seluruh pengalaman
manusia antara lain: etika, estetika, teknik, ekonorni, sosial, budava,
religius dan lain-lain. Dalam hal ini pemikiran filsafat menuntut bahwa seorang
ahli filsafat adalah seorang pribadi yang berkembang secara harmonis dan
memiliki pengalaman secara authentik yang diperoleh dari dunia realita. Objek
materiil ini adalah suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan.
Objek
material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan
yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Menurut
Poedjawijatna, objek materiil filsafat meliputi segala sesuatu dari keseluruhan
ilmu yang menyelidiki sesuatu. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang ada
dan mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil
meliputi hal-hal yang abstrak, dan psikis, termasuk juga abstrak logis,
konsepsional, spiritual, nilai-nilai dan lain-lain. Jadi, dengan melihat dari
beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini dapat dipahami bahwa objek
filsafat meliputi berbagai hal, dengan kata lain, objek filsafat materiil ini
tak terbatas, Objek filsafat ini tak terbatas, Burhanudin Salam, bahwa lapangan
kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia
serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Baik hal-hal
yang fisik atau tampak maupun yang psikis atau yang tidak tampak. Hal-hal yang
fisik adalah segala sesuatu yang ada baik yang ada dalam pikiran, ada dalam
kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Sedangkan hal-hal yang psikis atau
nonfisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan,dan
lainnya. Suatu objek materiil, baik yang materiil dan lebih-lebih yang
nonmateriil sebenarnya merupakan suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk
diketahui. Karena didalamnya terkandung segi-segi kuantitatif berganda,
berjenis-jenis dan kualitatif bertingkat-tingkat dari yang konkret ke tingkat
abstrak. Sebagai contoh objek materiilnya adalah 'manusia', dari segi
kuantitatif meliputi banyak jenis menurut ras, suku, ciri khas, dan
individualitasnya yang selanjutnya menjadi kompleks dalam setiap perilaku
hidupnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa objek materiil memiliki segi yang
jumlahnya tak terhitung. Sedangkan kemampuan akal fikir manusia bersifat
terbatas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar, dan
pasti mengenai suatu objek maka perlu dilakukan pembatasan-pembatasan jenis
objek, dan selanjutnya titik pandang artinya dari segi mana objek materiil itu
diselidiki.
2. Objek Formal
Objek
yang satu ini (objek formal) lebih kepada sifat penelitian yaitu penyelidikan
yang mendalam. Mendalam dalam hal ini berarti ingin mengetahui mengenai objek
yang tak empiris. Menurut Lasiyo dan Yuwono, objek formal adalah sudut pandang
yang menyeluruh, umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materiilnya.
Objek fromal ini ingin membahas tentang objek materiil dari suatu objek sampai
ke hakikatnya atau keindahan (esensi) yang dibahas. Objek formal merupakan
sudut pandang atau cara memandang terhadap objek materiil, termasuk
prinsip-prinsip yang digunakan, dalam artian objek formal filsafat bersifat
mengasaskan atau berprinsip maka filsafat itu mengonstatir prinsip-prinsip
kebenaran dan ketidak-benaran. Jadi objek formal filsafat itu bersifat
mengasaskan atau berprinsip dan oleh karena mengasas, maka filsatat itu
mengongstruksi serta menemukan prinsip-prinsip kebenaran.
E.
Metode
filsafat ilmu
Jumlah metode filsafat hampir sama
banyaknya dengan definisi dari para ahli dan filsuf sendiri. Hal ini disebabkan
karena metode ini merupakan suatu pendekatan untuk mencapai hakikat
sesuai dengan corak pandangam filsuf itu sendiri. Setidaknya dalam sejarah
tercatat paling penting yang dapat disusun menurut garis historis sedikitnya
sepuluh metode, yang digunakan dalam filsafat termasuk dalam filsafat ilmu,
yaitu :
Pertama, metode kritis, yang
dikembangkan oleh Socrates dan Plato. Metode ini bersifat analisis terhadap
istilah dan pendapat. Metode ini juga dikenal sebagai metode pertentangan,
dengan jalan bertanya dan berdialog, membedakan, membersihkan, menyisihkan, dan
menolak, akhirnya ditemukan hakikat.
Kedua, metode intuitif, yang dikembangkan
oleh Plotinos dan Bergson, dengan jalan introspeksi (bersama denfan persucian
moral), sehingga tercapai suatu penerangan arau pencerahan pikiran. Bergson
lebih khusus memberikan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan,
agar tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
Ketiga, metode skolatik yang
dikembangkan oleh Aristoteles, Thomas Aquinas, dan termasuk aliran filsafat
Abad Pertengahan yang bersifat sintesis deduktif. Karakter filsafat Abad
Pertengahan ini yaitu dengan bertitik tolak dari definisi atau prinsip yang
jelas kemudian ditarik kesimpulan.
Keempat, metode filsafat Rene Descartes
dan pengikutnya yang dikenal metode yang bertolak dari analisis mengenai
hal-hal kompleks kemudian dicapai intuisi dari analisis akan hakikat yang
sederhana dan lebih terang. Hakikat itu dideduksikan secara matematis, segala
pengertian yang ada kemudian ditarik secara parsial sehingga diketahui secara
jelas.
Kelima, metode geometri yang dikreasikan
Rene Descartes dan pengikutnya. Menurutnya, hanya pengalamanlah yang menyajikan
pengertian benar, maka semua pengertian atau ide dalam introspeksi kemudian
dibandingkan dengan cerapan0cerapan atau impresi dan kemudian disusun bersama
secara geometris.
Keenam, metode transendental yang
dikreasikan Immanuel Kant. Metode ini dikenal juga dengan metode neo-skolastik,
yang bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, yaitu dengan jalan
analisis yang diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian yang sedemikian
rumit dan kompleks.
Ketujuh, metode fenomenologis dari
Husserl, eksistensialisme yakni metode dengan jalan beberapa pemotongan
sistematis (reduction), refleksi atas fenomena dalam kesadaran sehingga
mencapai penglihatan hakikat yang murni.
Kedelapan, metode dialektis dari Hegel
dan Marx, yakni metode yang digunakan dengan jalan mengikuti dinamika pikiran
sendiri, menurut triade tesis, antritesis dan sintesis sebagai suatu hakikat
kenyataan dicapai.
Kesembilan, metode neopositivistis,
menurut metode ini bahwa kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan
menggunakan aturan-aturan seperti berlaku dalam ilmu pengetahuan positif
(eksakta).
Kesepuluh, metode analitikabahasa
sebagaimana yang dikreasikan Wittgenstein. Metode ini digunakan dengan jalan
analisis pemakaian bahasa sehari-hari yang menentukan sah atau tidaknya ucapan
filosofis, menurutnya bahasa merupakan bola permainan makna di pemiliknya.
F.
Tujuan
Di
tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan
mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak
terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan
adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan
seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama.
Fisafat
ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah perkembangan ilmu
bertujuan: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah,
sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, filsafat ilmu
merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan medote keilmuan.
Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan,
setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkkan
secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum
Berdasarkan
tujuan filsafat ilmu yang dikemukan oleh Rizal Mustansyir dan Misnal Munir,
maka dapat dikembangkan bahwa tujuan filsafat ilmu mengkaji dan mencari fakta-fakta
terhadap pemikiran secara ilmiah dan rasional.
Adapun tujuan filsafat ilmu sebagai
berikut
a.
Mendalami
unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber,
hakekat, dan tujuan ilmu.
b.
Memahami
sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
c.
Menjadi
pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tingi,
terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
d.
Mendorong
pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami lmu dan
mengembangkannya.
e.
Mempertegas
bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beberapa
kesimpulan terkait deskripsi filsafat ilmu dalam bidang pendidikan adalah
sebagai berikut:
1.
Filsafat
ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari
tentang hakekat pengetahuan ilmu.
2.
Filsafat
ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat
pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif
mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.
3.
Masalah-masalah
filsafat ilmu pendidikan adalah: pengertian ilmu pendidikan, tujuan ilmu
pendidikan, masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan, penggolongan
dalam ilmu pendidikan, pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam
ilmu pendidikan, hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia, dan
aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan
4.
Hakekat
ilmu pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir,
berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu
komunitas.
5.
Metode-metode
penelitian pendidikan adalah positivistik, interpretif, dan kritis.
B.
Saran
Demikianlah
makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus mengembangkan ilmu
yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir,
tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena
itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi
sempurnanya makalah saya yang selanjutnya. atas perhatiannya kami sampaikan
terimakasih
DAFTAR
PUSTAKA
Latief Mukthar. 2014. Orientasi kea rah pemahaman Filsafat ilmu.
Kencana. Connole, H.C. 1993.
Issues and Methods in Research. Dalam H.C. Connole
B.
Smith, & R. Wiseman (Eds.) Research Methodology
1: Issues and Methods in Research. Geelong: Deakin University.
Dalton,
J.H. Elias, M.J., & Wandersman, A. 2007. Community Psychology: Linking
Individuals and Communities. Belmont CA: Thomson.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar