Rabu, 25 Desember 2019

HAKIKAT FILSAFAT ILMU


MATA KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKAN



logo unm jpg.jpg

POKO BAHASAN
HAKIKAT FILSAFAT ILMU

Oleh :
Kelompok 1

Arman
Haeril

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ENGERI MAKASSA
2019


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Tiada kata  yang indah dan bermakna yang patut penulis ucapkan kecuali rasa syukur Alhamdullilah kepada Tuhan yang maha esa, karena hanya dengan curahan rahmat dan karunianya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Filsafat Pendidikan dengan pokok pembahasan” Hakikat Filsafat Ilmu” ini dalam  waktu yang tepat.
Kemudian penulis ucapkan banyak terima kasih kepada kita semua yang menyempatkan waktunya untuk memberikan masukan dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga ada kemungkinan di sana sini masih terdapat kekuranagn dan kesalahan baik dari segi bahasa, teknik penulisan maupun materi penyajiannya. Karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan masukan, koreksi, kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                        Makassar, 04 November 2019

                                                                        Penulis








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
            Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pengetahuan yang komprehensif dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam semesta dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari pencarian kebenaran sejati.
            Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan manusia yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi juga memilki akhlak mulia.
            Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk berfikir secara mendalam, merenung, menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan terebut dengan tidak sadar sudah melakukan kegiatan berfilsafat, maka dari itu ilmu lahir dari filsafat atau dapat dikatakan filsafat merupakan induk dari sebuah ilmu, oleh karena itu filsafat mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ilmu. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu. Filsafat merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkaji hal-hal yang ingin dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode filsafat.
            Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini menunjukan bahwa pada hakekatya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukan bantuan apa yang dapat diberikan filfasat kepada hidup masyarakat.
            Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan  pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dari dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, dan lain sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka.
            Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia.
            Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar penetahuan kita, tentang metode-metode ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Disinilah filsafat memainkan peranannya.
B.     Rumusan masalah
1. Apa hakikat fislsafat ilmu?
2. Pengertian filsafat ilmu?
3. Seperti apa cakupan filsafat ilmu?
4. Apa objek filsafat ilmu?
5. Seperti apa metode filsafat ilmu?
6. Apa tujuan filsafat ilmu?
C.     Tujuan
1.    Agar dapat mengetahui hakikat filsafat ilmu?
2.    Agar dapat mengetahui pengertian filsafat?
3.    Agar dapat mengetahui cakupan filsafat ilmu?
4.    Agar dapat mengetahui objek filsafat ilmu?
5.    Agar dapat mengertahui metode filsafat ilmu?
6.    Agar dapat mengetahui tujuan?
D.    Manfaat
1.      Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Filsafat
2.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, objek, metode dan cakupan  filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan






BAB II
PEMBAHASAN
A.      Hakikat filsafat ilmu
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Ilmu adalah pengetahuan sistematis alamiah. Menurut para ahli ilmu adalah sebagai berikut:
M. Izuddin Tufiq Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
Thomas Khaun Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
Dr. Maurice Bucaille Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
Filsafat ilmu merupakan penerusan perkembangan filsafat pengetahuan. objek dari filsafat ilmu yaitu pengetahuan, oleh karena itu setiap saat ilmu berubah mngikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mecari pengetahuan yang baru. Sebagai manusia kita hendaknya sadar atas kemampuan otak kita dalam memperdalam ilmu pengetahuan. dan manusia tidak akan pernah menguasai pengetahuan di alam ini. Maka untuk mempermudah manusia dalam mengkaji ilmu, ruang-ruang penjelajahan, keilmuan dibagi menjadi semakin sempit sesuai dengan perkembangan disiplin dari suatu ilmu, namun kajiannya akan semakin dalam.  
Banyak menyatakan bahwa filsafata merupakan induk dari segala ilmu . filsafata telah mengantarkana kepada suatu fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga mkembentuk suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana pohon ilmu npengetahuan telah tumbuh dan berkembang secara subur sebagai fenomena kemanusiaan dan menjadikan banyak cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian hakikat filsafat ilmu selain sebagai patokan, penentu sekaligus petunjuk arah kemana ilmu pengetahuan akan berlayar atau berjalan. Filsafat ilmu juga menentukan kemana ilmu pengetahuan akan dianatar atau dikembangkan. Pada tataran berikutnya masing-masing cabang ilmu pengetahuan melepaskan diri dari batang filsafatnya berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan sub-sub ilmu pengetahuan baru kea rah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialis ilmu tertentu. Ilmu pengetahuan hakikatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terjaliin berkelit kelindang dan taat asas konsisten dari ungkapan yang sifatnya benar tidak dapat ditentukan dengan patokan serta tolak ukur yang mendasari kebenaran.

B.       Pengertian Filsafat Ilmu
                 Kata filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa yunani), diartikan dengan ‘mencintai kebijaksanaan’. Sedangkan dalam bahasa inggris kata filsafat disebut dengan istilah ‘philosohy’, dan dalam bahasa arab disebut dengan istilah ‘falsafah’, yang biasa diterjemahkan dengan ‘cinta kearifan’.Istiah philoshofia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan shopos yang berarti bijaksana. Jadi istilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan uraiandi atas dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta Kebijaksanaan Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof.Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat dan berusaha keras dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya memperoleh kebenaran.

          Filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari sudut ontologism, epistemology, maupun aksiologis yang dilakukan melalui proses dialetika secara mendalam yang sistematis dan bersifat spekulatif. Rosengerg (20030, mengatakan dalam filsafat ilmu dibagi dalam dua pertanyaan uatama. Pertama, pertanyaan tentang ilmu : fisika, biologi, social, danbudaya. Kedua, pertanyaan tentang mengapa ilmu itu sendiri. Dari uraian ini ada dua buah konsep filsafat ilmu yang senantiasa dipertanyakan, yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan? Pertanyaan inilah yang dijawab secara mendasar dalam filsafat ilmu hingga menemukan suatu jawab yang lahir dari proses dialetika berpikir.
          Pemikiran filsafat termasuk filsafat ilmu berkembang sangat cepat, Solihin (2007) menguraikan proses filsafat dimulai dari detimotologisasi menuju gerakan logosentrisme, empirisme. Detimotologisasi ini disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme, empirisme dan positivism yang dipelopori oleh pakar dan pemikir kontenporer yang akhirnya mengatakan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah. Setelah adanya detemitologisasi oleh para pemikir ilmualam (fisika) yang memosisikan pengetahuan ilmu alam.
          Jujun (2010) mengatakan, berkaitan dengan masalah ilmu tentu saja tidak daapt dipisahkan dengan pengetahuan, pengetahuan merupakan khazahah kekayaan mental yang secara langsung tidak atau tidak lansung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada. Sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Lalu bagaimana kita menyusun pengetahuan yang benar? Masalah inilah yang dalam kajian filsafat disebut epistemologi dan landasannya disebut metode ilmiah. Epistemology juga disebut dengan filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan menetukan ruang lingkup pengetahuan. Epistemology berusaha membahas bagaiaman ilmu didapatkan, bukan untuk apa atau mengenai apa.
          Selanjutnya Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu, tentu saja tidak cukup hanya dengan mengetahui asal usul dan arti istilah yang digunakan, melainkan juga harus memperhatikan konsep dan devinisi yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman meraka masing-masing dan konsep beserta divinisi yang diberikan para filsuf tersebut bias dikatakan tidak sama. Bahkan, setiap filsuf memiliki konsep dan membuat definisi yang berbeda dengan filsuf lainnya.
         
          Berikut ini akan dipaparkan beberapa konsep dan definisi yang bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apakah filsafat itu.
Pythagoras (572-497 SM). Dalam tradisi filsafat zaman yunani kuno Pythagoras adalah orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah phylosophia, yang kemudian dikenal dengan istilah filsafat.Pythagoras memberikan definisi filsafat sebagai the love of wisdom.Menurutnya, manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta kebijakan (lover of wisdom), sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah kegiatan melakukan perenungan tentang Tuhan.Pythagoras sendiri menganggap kebijakan yang sesungguhnya hanya dimiliki Tuhan semata-mata.
Socrates (469-399 SM).Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life).
Plato (427-347 SM). Seorang sahabat dan murid Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan (sophia) yang semula berkaitan dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menjadi pemahaman intelektual. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Dalam Republika, Plato menegaskan bahwa para filosof adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of the truth). Dalam pencarian terhadap kebenaran tersebut, filosof yang dapat menemukan dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak pernah berubah.Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap keseluruhan kebenaran. Maka filsafat Plato kemudian dikenal dengan nama Filsafat spekulatif.
Aristoteles (384-332 SM).Aristoteles adalah seorang murid Plato yang terkemuka.Dalam pandangannya, seringkali Aristoteles bersebrangan dengan pendapat gurunya, namun pada prinsipnya, Aristoteles mengembalikan paham-paham yang dikemukakan oleh gurunya tersebut. Berkenaan dengan pengertian filsafat, Aristoteles mengemukakan bahwa sophia (kearifan) merupakan kebajikan intelektual tertinggi. Sedangkan philosophia merupakan padanan kata dari episteme dalam arti suatu kumpulan teratur pengetahuan rasional mengenai sesuatu objek yang sesuai.Adapun pengertian filsafat menurut Aristoteles, adalah ilmupengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. 
Al-Kindi (801-873 M). ia adalah seorang filosof muslim pertama. Menurutnya filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filosif dalam berteori adalah mencari kebenaran, maka dalam praktiknya pun harus menyesuaikan dengan kebenaran pula..
Al-Farabi (870-890 M) menurutnya filsafat adalah ilmu yang menyelididki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-maujuda). 
C.       Cakupan Filsafat ilmu
Filsafat ilmu berkembang sangat pesat, seiring tumbuh dan berkembanganya beragama keilmuan yang telah dilahirkan oleh para ilmuan. Berkembanganya filsafat ilmu mengantarkan berbagai disiplin ilmu baru tentu saja semakin memperluas eilayah kajian filsafat ilmu, baik yang menyangkut cakupan fisika mamupun metafisika.
The Liang Gie (2007) mengemukakan cakupan filsafat ilmu dari para filsuf dunia, antara lain:
1.    Peter Angeles
Menurut Peter Angeles, filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi utama yaitu (1) telaah mengenai berbagai konsep, pra-anggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat, (2) telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya, (3) telaah mengenai keterkaitan antara berbagai ilmu, (4) telaah mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, entitas, teoretis, sumber, dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.
2.    Cornelius Benyamin.
Menurut Cornelius Benyamin yang menjadi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang yaitu (1) telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dan sistem perlambangan ilmiah, (2) penjelasan tentang konsep dasar, pra-anggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan empiris, rasional, dan pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya, (3) aneka telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu karier alam semesta, misalnya idealisme, materialisme, monisme, atau pluralisme.
3.    Marx War Tofsiy
Menurut Marx War Tofsiy, filsafat ilmu meliputi: (1) perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmu, (2) persoalan ontologi dan epistemologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dari logika modern dan model konseptual dari penyelidikan ilmiah.
4.    Ernest Nagel
Ernest Nagel mengemukakan hasil penyelidikannya yang menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup tiga bidang luas: (1) pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu, (2) pembuktian konsep ilmiah, (3) pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.
D.      Objek filsafat ilmu
1.    Objek Materil
Adapun mengenai objek formal filsafat, adalah bersifat non-fragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realita secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka okjek formal filsafat adalah seluruh pengalaman manusia antara lain: etika, estetika, teknik, ekonorni, sosial, budava, religius dan lain-lain. Dalam hal ini pemikiran filsafat menuntut bahwa seorang ahli filsafat adalah seorang pribadi yang berkembang secara harmonis dan memiliki pengalaman secara authentik yang diperoleh dari dunia realita. Objek materiil ini adalah suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan.
Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.  Menurut Poedjawijatna, objek materiil filsafat meliputi segala sesuatu dari keseluruhan ilmu yang menyelidiki sesuatu. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil meliputi hal-hal yang abstrak, dan psikis, termasuk juga abstrak logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai dan lain-lain. Jadi, dengan melihat dari beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini dapat dipahami bahwa objek filsafat meliputi berbagai hal, dengan kata lain, objek filsafat materiil ini tak terbatas, Objek filsafat ini tak terbatas, Burhanudin Salam, bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Baik hal-hal yang fisik atau tampak maupun yang psikis atau yang tidak tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Sedangkan hal-hal yang psikis atau nonfisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan,dan lainnya. Suatu objek materiil, baik yang materiil dan lebih-lebih yang nonmateriil sebenarnya merupakan suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk diketahui. Karena didalamnya terkandung segi-segi kuantitatif berganda, berjenis-jenis dan kualitatif bertingkat-tingkat dari yang konkret ke tingkat abstrak. Sebagai contoh objek materiilnya adalah 'manusia', dari segi kuantitatif meliputi banyak jenis menurut ras, suku, ciri khas, dan individualitasnya yang selanjutnya menjadi kompleks dalam setiap perilaku hidupnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa objek materiil memiliki segi yang jumlahnya tak terhitung. Sedangkan kemampuan akal fikir manusia bersifat terbatas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar, dan pasti mengenai suatu objek maka perlu dilakukan pembatasan-pembatasan jenis objek, dan selanjutnya titik pandang artinya dari segi mana objek materiil itu diselidiki.
2.    Objek Formal
Objek yang satu ini (objek formal) lebih kepada sifat penelitian yaitu penyelidikan yang mendalam. Mendalam dalam hal ini berarti ingin mengetahui mengenai objek yang tak empiris. Menurut Lasiyo dan Yuwono, objek formal adalah sudut pandang yang menyeluruh, umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materiilnya. Objek fromal ini ingin membahas tentang objek materiil dari suatu objek sampai ke hakikatnya atau keindahan (esensi) yang dibahas. Objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang terhadap objek materiil, termasuk prinsip-prinsip yang digunakan, dalam artian objek formal filsafat bersifat mengasaskan atau berprinsip maka filsafat itu mengonstatir prinsip-prinsip kebenaran dan ketidak-benaran. Jadi objek formal filsafat itu bersifat mengasaskan atau berprinsip dan oleh karena mengasas, maka filsatat itu mengongstruksi serta menemukan prinsip-prinsip kebenaran.
E.       Metode filsafat ilmu
Jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan definisi dari para ahli dan filsuf sendiri. Hal ini disebabkan karena metode  ini merupakan suatu pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangam filsuf itu sendiri. Setidaknya dalam sejarah tercatat paling penting yang dapat disusun menurut garis historis sedikitnya sepuluh metode, yang digunakan dalam filsafat termasuk dalam filsafat ilmu, yaitu :
Pertama, metode kritis, yang dikembangkan oleh Socrates dan Plato. Metode ini bersifat analisis terhadap istilah dan pendapat. Metode ini juga dikenal sebagai metode pertentangan, dengan jalan bertanya dan berdialog, membedakan, membersihkan, menyisihkan, dan menolak, akhirnya ditemukan hakikat.
Kedua, metode intuitif, yang dikembangkan oleh Plotinos dan Bergson, dengan jalan introspeksi (bersama denfan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan arau pencerahan pikiran. Bergson lebih khusus memberikan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, agar tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
Ketiga, metode skolatik yang dikembangkan oleh Aristoteles, Thomas Aquinas, dan termasuk aliran filsafat Abad Pertengahan yang bersifat sintesis deduktif. Karakter filsafat Abad Pertengahan ini yaitu dengan bertitik tolak dari definisi atau prinsip yang jelas kemudian ditarik kesimpulan.
Keempat, metode filsafat Rene Descartes dan pengikutnya yang dikenal metode yang bertolak dari analisis mengenai hal-hal kompleks kemudian dicapai intuisi dari analisis akan hakikat yang sederhana dan lebih terang. Hakikat itu dideduksikan secara matematis, segala pengertian yang ada kemudian ditarik secara parsial sehingga diketahui secara jelas.
Kelima, metode geometri yang dikreasikan Rene Descartes dan pengikutnya. Menurutnya, hanya pengalamanlah yang menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian atau ide dalam introspeksi kemudian dibandingkan dengan cerapan0cerapan atau impresi dan kemudian disusun bersama secara geometris.
Keenam, metode transendental yang dikreasikan Immanuel Kant. Metode ini dikenal juga dengan metode neo-skolastik, yang bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, yaitu dengan jalan analisis yang diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian yang sedemikian rumit dan kompleks.
Ketujuh, metode fenomenologis dari Husserl, eksistensialisme yakni metode dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas fenomena dalam kesadaran sehingga mencapai penglihatan hakikat yang murni.
Kedelapan, metode dialektis dari Hegel dan Marx, yakni metode yang digunakan dengan jalan mengikuti dinamika pikiran sendiri, menurut triade tesis, antritesis dan sintesis sebagai suatu hakikat kenyataan dicapai.
Kesembilan, metode neopositivistis, menurut metode ini bahwa kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan menggunakan aturan-aturan seperti berlaku dalam ilmu pengetahuan positif (eksakta).
Kesepuluh, metode analitikabahasa sebagaimana yang dikreasikan Wittgenstein. Metode ini digunakan dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari yang menentukan sah atau tidaknya ucapan filosofis, menurutnya bahasa merupakan bola permainan makna di pemiliknya.
F.        Tujuan
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama.
Fisafat ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah perkembangan ilmu bertujuan: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan medote keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum
Berdasarkan tujuan filsafat ilmu yang dikemukan oleh Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, maka dapat dikembangkan bahwa tujuan filsafat ilmu mengkaji dan mencari fakta-fakta terhadap pemikiran secara ilmiah dan rasional.

Adapun tujuan filsafat ilmu sebagai berikut

a.         Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
b.         Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
c.         Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tingi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
d.        Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami lmu dan mengembangkannya.
e.         Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.














BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Beberapa kesimpulan terkait deskripsi filsafat ilmu dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
1.        Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu.
2.        Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.
3.        Masalah-masalah filsafat ilmu pendidikan adalah: pengertian ilmu pendidikan, tujuan ilmu pendidikan, masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan, penggolongan dalam ilmu pendidikan, pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu pendidikan, hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia, dan aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan
4.        Hakekat ilmu pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu komunitas.
5.        Metode-metode penelitian pendidikan adalah positivistik, interpretif, dan kritis.

B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya. atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
    
Latief Mukthar. 2014. Orientasi kea rah pemahaman Filsafat ilmu. Kencana. Connole, H.C. 1993. Issues and Methods in Research. Dalam H.C. Connole
B. Smith, & R. Wiseman (Eds.) Research Methodology 1: Issues and Methods in Research. Geelong: Deakin University.
Dalton, J.H. Elias, M.J., & Wandersman, A. 2007. Community Psychology: Linking Individuals and Communities. Belmont CA: Thomson.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASESMEN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN Prinsip dan Prosedur Asesmen Pendidikan

ASESMEN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN Prinsip dan Prosedur Asesmen Pendidikan Oleh : Kelompok I II Israfal (19105140102...