Minggu, 29 Desember 2019

TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH



TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : Haeril



A.      Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua sumber utama yaitu (a) pengalaman, pengamatan dan dugaan peneliti sendiri, dan (b) hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan teori-teori yang sudah terbentuk. Sumber pertama berhubungan dengan hasil penemuan yang relevan dengan sumber-sumber acuan khusus (proses induksi), sedangkan sumber kedua berhubungan dengan teori-teori atau konsep-konsep tertentu yang relevan dengan sumber-sumber acuan umum (proses deduksi). Dengan demikian, hipotesis dapat diperoleh secara induktif dari pengamatan tingkah laku atau secara deduktif dari teori atau dari hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Hipotesis sering juga di artikan sebagai Dugaan/kesimpulan sementara Suatu hubungan logis antara 2 atau lebih variabel yang dinyatakan dalam bentuk suatu pernyataan yang dapat diuji Jawaban sementara dari masalah penelitian yang harus diuji kebenarannya
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya. Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
1.       Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2.       Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3.       Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis dalam penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1.       Untuk menguji teori,
2.       Mendorong munculnya teori,
3.       Menerangkan fenomena sosial,
4.       Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5.       Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
1.       Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2.       Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. anpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3.       Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.       Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5.       Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6.       Aplikasi/penerapan
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
B.      Sumber Hipotesis
Menurut Goode & Hatt (1952) memberikan 4 sumber untuk menggali hipotesis:
1. Kebudayaan
2. Ilmu
3. Analogi
4. Reaksi individu & pengalaman
Sejalan dengan hal tersebut Goode & Scates (1954) memberikan 7 sumber untuk menggali hipotesis
1.       Ilmu pengetahuan
2.       Wawasan
3.       Imajinasi
4.       Literatur
5.       Pengetahuan
6.       Data
7.       Analogi
C.      Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah merupakan dugaan sementara yang masih di buktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta yang dikumpulkan. Adapun tujuan penyusunan hipotesis yaitu untuk pemberi arah penelitian dan membatasi variabel yang digunakan. Di dalam hipotesis ada empat variable yang berpengaruh antara lain:
1.       Dependent variable Yaitu variable yang timbul sebagai akibat adanya variable yang lain
2.       Independent variable Yaitu variable yang menjadi sebab timbulnya variable yang lain
3.       Intervening variable Yaitu variable yang mengaburkan hubungan antara dua variable yang semula mempunyai hubungan yang kuat
4.       Suppresor variable Yaitu varibel yang memperjelas hubungan antara dua variable yang semula   mempunyai hubungan yang lemah.
Sumber-sumber perumusan hipotesis:
1.       Dari peneliti sendiri Yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan ditelitinya
2.       Dari Teori dan Konsepsi Teori-teori dan konsep-konsep yang sdudah ada lalu dikendalikan sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu  hipotesis penelitian
3.       Hasil penelitian terdahulu Yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada di9susun kembali menjadi hipotesis yang kemudian diuji kemmbali kebenarannya.
4.       Sumber yang dapat menyebabkan tidak terbuktinya hipotesis:
Menggali dan merumuskan Hipotesis
Dalam menggali hipotesis sipeneliti harus :
1.       Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2.       Mempunyai kemampuan untuk mencari keterangan tentang tempat-tempat, obyekobyek dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3.       Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain sesuai dengan kerangka teori dan bidang yang bersangkutan.
Merumuskan hipotesis bukanlah hal yg mudah, disebabkan karena :
1.       Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada ilmu pengetahuan tentang masalah yang akan dibahas.
2.       Kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yg ada.
3.       Gagal mengetahui teknik-teknik penelitian yang ada.

D.      Menguji Hipotesis
1.       Merumuskan dan Menguji Hipotesis
a.       Kapan perumusan hipotesis dilakukan ?
b.      Setelah perumusan masalah dan Studi kepustakaan.
c.       Apakah hipotesis diperlukan dalam suatu penelitian ?
Ya --> untuk penelitian ilmiah berkenan dengan verifikasi atau uji hipotesis
Tidak --> untuk penelitian deskriptif, eksploratif.
d.      Hipotesis harus diuji dan cara mengujinya tergantung dari metode penelitian.
Menguji Hipotesis, Untuk menguji suatu hipotesis, peneliti :
1.       Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar
2.       Memilih metode-metode penelitian yang memugkinkan pengamatan, eksperimentasi atau prosedur lain yang diperlukan menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak
3.       Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.
2.       Kegunaan hipotesis
a.       Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
b.      Menyiapkan peneliti pada kondisi fakta-fakta dan hubungan antar fakta.
c.       Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta.
d.      Sebagai panduan dalam pengujian dan penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis Sangat bergantung pada:
a.       Pengamatan yang tajam dari si peneliti.
b.      Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peniliti.
c.       Kerangka analisis yang digunakan oleh si peneliti.
d.      Metode yang dipilih oleh si peneliti
E.       Ciri-ciri hipotesis
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1.       Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2.       Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3.       Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.       Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.       Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.       Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7.       Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Ciri-ciri hipotesis yang baik :
a.       Hipotesis harus menyatakan hubungan antar variabel.
b.      Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c.       Hipotesis harus berhubungan dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
d.      Hipotesis harus dapat diuji.
e.      Hipotesis harus sederhana.
f.        Hipotesis harus dapat menerangkan fakta.
Ciri-ciri Hipotesis yang tajam :
1.       Merupakan hubungan antara dua variable atau lebih. Disini harus ditegaskan man variable yang bebas, mana variable yang terikat dan variable antara serta variable penekan
2.       Disusun dengan jelas menggunakan kalimat deklaratif. Kalimat deklaratif adalah kalimat pernyataan. Sehingga hipotesa harus dinyatakan dalam bentuk statemen/ pernyataan dan tidak boleh dalam bentuk pertanyaan.
3.       Menyatakan sesuatu yang mungkin terjadi. Karena akan digunakan sebagai pedoman dalam rangka mencapai tujuannya, maka hipotesis harus berisi sesuatu yang mungkin dapat dijalankan
4.       Mampu menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah utama. Disini hipotesis akan berusaha memecahkan suatu persoalan melalui hal-hal yang menjadi pokok masalahnya.
5.       Harus dapat diuji dengan data yang ada. Jadi hipotesis harus dapat dioperasionalkan denga menggunakan data-data yang tersedia.
6.       Kita dapat membedakan antara apa yang disebut hepotesa mayor dan hipotesa minor. Hipotesa mayor, sebagai mana istilahnya sendiri sudah menunjukkan adalah hipotesa induk yang menjadi sumber daripada anak-anak hipotesa. Hiptesa yang akhir ini kita sebut hipotesa minor. Hipitesa minor, disebabkan karena hakekatnya dijabarkan dari hipotesa mayor, harus sejalan benar dengan hipotesa induknya. Dengan beiu tiap pengetasan terhadap suatu hipotesa minor berarti juga merupakan pengetesan sebagian dari hakekat hipotesa mayor. Barangkali dengan beberapa contoh apa yang dimaksudkan dengan uraian itu dapat menjadi agak lebih jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASESMEN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN Prinsip dan Prosedur Asesmen Pendidikan

ASESMEN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN Prinsip dan Prosedur Asesmen Pendidikan Oleh : Kelompok I II Israfal (19105140102...