TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : Haeril
A. Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua sumber utama yaitu
(a) pengalaman, pengamatan dan dugaan peneliti sendiri, dan (b) hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan teori-teori yang sudah
terbentuk. Sumber pertama berhubungan dengan hasil penemuan yang relevan dengan
sumber-sumber acuan khusus (proses induksi), sedangkan sumber kedua berhubungan
dengan teori-teori atau konsep-konsep tertentu yang relevan dengan
sumber-sumber acuan umum (proses deduksi). Dengan demikian, hipotesis dapat
diperoleh secara induktif dari pengamatan tingkah laku atau secara deduktif
dari teori atau dari hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Hipotesis atau hipotesa
adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena
masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan
jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji
apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam
upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau
menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis
yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Hipotesis sering juga di
artikan sebagai Dugaan/kesimpulan sementara Suatu hubungan logis antara 2 atau
lebih variabel yang dinyatakan dalam bentuk suatu pernyataan yang dapat diuji
Jawaban sementara dari masalah penelitian yang harus diuji kebenarannya
Contoh:
Apabila terlihat awan
hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan
(menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...)
sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan
benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut
hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya
dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari
bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan,
kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan
dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa,
secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini
sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya. Ketika
berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah
anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada
hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah
hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian
sosial.
Proses pembentukan
hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu.
Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan
dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah
Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Hipotesis merupakan elemen
penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat
tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
1.
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja
teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan
permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat
dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2.
Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan
kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3. Hipotesis
adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat
ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji
untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis
dalam penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan
pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki
hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah
atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah
penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian
eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data
atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian
deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya
membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi
ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan,
dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel
adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian,
yaitu:
1.
Untuk menguji teori,
2.
Mendorong munculnya teori,
3.
Menerangkan fenomena sosial,
4.
Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5. Memberikan
kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji
apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan
hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi
syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja
membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya
sebagai berikut:
1.
Penentuan masalah
Dasar
penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar
penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.
Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk
perumusan masalah.
2.
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer
(preliminary hypothesis).
Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. anpa hipotesa preliminer, pengamatan
tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan
untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang
dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis
priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan
sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian
sebenarnya dilaksanakan.
3.
Pengumpulan fakta.
Dalam
penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.
Formulasi hipotesa.
Pembentukan
hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di
antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan
sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon
ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti
jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum
gravitasi.
5.
Pengujian hipotesa
Artinya,
mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal
ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta
maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu
tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan
koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi
dapat disebut teori.
6.
Aplikasi/penerapan
Apabila
hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah
disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian
harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
B. Sumber Hipotesis
Menurut Goode & Hatt (1952) memberikan 4
sumber untuk menggali hipotesis:
1. Kebudayaan
2. Ilmu
3. Analogi
4. Reaksi individu & pengalaman
Sejalan dengan hal tersebut Goode &
Scates (1954) memberikan 7 sumber untuk menggali hipotesis
1.
Ilmu pengetahuan
2.
Wawasan
3.
Imajinasi
4.
Literatur
5.
Pengetahuan
6.
Data
7.
Analogi
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah merupakan
dugaan sementara yang masih di buktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.
Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika
fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat
tergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta yang dikumpulkan. Adapun
tujuan penyusunan hipotesis yaitu untuk pemberi arah penelitian dan membatasi
variabel yang digunakan. Di dalam hipotesis ada empat variable yang berpengaruh
antara lain:
1.
Dependent
variable Yaitu variable yang timbul sebagai akibat adanya variable yang
lain
2.
Independent
variable Yaitu variable yang menjadi sebab timbulnya variable yang lain
3.
Intervening
variable Yaitu variable yang mengaburkan hubungan antara dua variable yang
semula mempunyai hubungan yang kuat
4. Suppresor variable Yaitu varibel yang
memperjelas hubungan antara dua variable yang semula mempunyai hubungan yang lemah.
Sumber-sumber
perumusan hipotesis:
1.
Dari peneliti sendiri Yaitu dari sumber
pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan ditelitinya
2.
Dari Teori dan Konsepsi Teori-teori dan
konsep-konsep yang sdudah ada lalu dikendalikan sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk
suatu hipotesis penelitian
3.
Hasil penelitian terdahulu Yaitu hasil-hasil
penelitian yang sudah ada di9susun kembali menjadi hipotesis yang kemudian
diuji kemmbali kebenarannya.
4.
Sumber yang dapat menyebabkan tidak terbuktinya
hipotesis:
Menggali
dan merumuskan Hipotesis
Dalam menggali hipotesis sipeneliti harus :
1.
Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang
ingin dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2.
Mempunyai kemampuan untuk mencari keterangan
tentang tempat-tempat, obyekobyek dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain
dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3. Mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain sesuai
dengan kerangka teori dan bidang yang bersangkutan.
Merumuskan
hipotesis bukanlah hal yg mudah, disebabkan karena :
1.
Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada ilmu
pengetahuan tentang masalah yang akan dibahas.
2.
Kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka
teori yg ada.
3.
Gagal mengetahui teknik-teknik penelitian yang
ada.
D. Menguji Hipotesis
1.
Merumuskan
dan Menguji Hipotesis
a.
Kapan perumusan hipotesis dilakukan ?
b.
Setelah perumusan masalah dan Studi kepustakaan.
c.
Apakah hipotesis diperlukan dalam suatu
penelitian ?
Ya
--> untuk penelitian ilmiah berkenan dengan verifikasi atau uji hipotesis
Tidak
--> untuk penelitian deskriptif, eksploratif.
d. Hipotesis
harus diuji dan cara mengujinya tergantung dari metode penelitian.
Menguji Hipotesis, Untuk menguji suatu
hipotesis, peneliti :
1.
Menarik kesimpulan tentang
konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis tersebut
benar
2.
Memilih metode-metode penelitian yang
memugkinkan pengamatan, eksperimentasi atau prosedur lain yang diperlukan
menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak
3.
Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data
yang dapat dianalisis untuk menunukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh
data atau tidak.
2.
Kegunaan
hipotesis
a.
Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan
penelitian.
b.
Menyiapkan peneliti pada kondisi fakta-fakta dan
hubungan antar fakta.
c.
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan
fakta.
d. Sebagai
panduan dalam pengujian dan penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis Sangat
bergantung pada:
a.
Pengamatan yang tajam dari si peneliti.
b.
Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si
peniliti.
c.
Kerangka analisis yang digunakan oleh si
peneliti.
d.
Metode yang dipilih oleh si peneliti
E. Ciri-ciri hipotesis
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1.
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang
disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.
Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah
yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2.
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam
istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis
secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel
dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel
dependen.
3.
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga
dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang
diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan
kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang
dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai
yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di
dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu,
instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran
yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan
metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat
merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan
bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik
metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus
bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat
spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki
hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah
(seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan
dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau
negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit
analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan
di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus
dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan
arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7. Hipotesis
harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.
Ciri-ciri
hipotesis yang baik :
a.
Hipotesis harus menyatakan hubungan antar
variabel.
b.
Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c.
Hipotesis harus berhubungan dan sesuai dengan
ilmu pengetahuan.
d.
Hipotesis harus dapat diuji.
e.
Hipotesis harus sederhana.
f.
Hipotesis harus dapat menerangkan fakta.
Ciri-ciri
Hipotesis yang tajam :
1.
Merupakan hubungan antara dua variable atau
lebih. Disini harus ditegaskan man variable yang bebas, mana variable yang
terikat dan variable antara serta variable penekan
2.
Disusun dengan jelas menggunakan kalimat
deklaratif. Kalimat deklaratif adalah kalimat pernyataan. Sehingga hipotesa
harus dinyatakan dalam bentuk statemen/ pernyataan dan tidak boleh dalam bentuk
pertanyaan.
3.
Menyatakan sesuatu yang mungkin terjadi. Karena
akan digunakan sebagai pedoman dalam rangka mencapai tujuannya, maka hipotesis
harus berisi sesuatu yang mungkin dapat dijalankan
4.
Mampu menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah
utama. Disini hipotesis akan berusaha memecahkan suatu persoalan melalui
hal-hal yang menjadi pokok masalahnya.
5.
Harus dapat diuji dengan data yang ada. Jadi
hipotesis harus dapat dioperasionalkan denga menggunakan data-data yang
tersedia.
6. Kita
dapat membedakan antara apa yang disebut hepotesa mayor dan hipotesa minor.
Hipotesa mayor, sebagai mana istilahnya sendiri sudah menunjukkan adalah
hipotesa induk yang menjadi sumber daripada anak-anak hipotesa. Hiptesa yang
akhir ini kita sebut hipotesa minor. Hipitesa minor, disebabkan karena
hakekatnya dijabarkan dari hipotesa mayor, harus sejalan benar dengan hipotesa
induknya. Dengan beiu tiap pengetasan terhadap suatu hipotesa minor berarti
juga merupakan pengetesan sebagian dari hakekat hipotesa mayor. Barangkali
dengan beberapa contoh apa yang dimaksudkan dengan uraian itu dapat menjadi
agak lebih jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar